Mengapa Saya Harus Menerima Pandangan Saya? Apa yang Menjadi Dasar Keyakinan Saya?

August 8, 2024
Posted in Apologetika
window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag('js', new Date()); gtag('config', 'AW-11484915265');
August 8, 2024 gracealone

Oleh Samuel Soegiarto

Saya lahir dan dibesarkan sebagai seorang anak yang beragama Kristen. Sejak kecil saya sudah dididik dengan ketat dalam pengajaran iman dan teologi, baik dalam keluarga maupun dari gereja. Bahkan saya sudah aktif melayani sejak masih kanak-kanak.

Namun semua kondisi ini bukannya membuat saya semakin beriman, justru membuat saya merasa muak dengan kehidupan rohani. Saya merasa terkungkung dalam kehidupan spiritual yang semu.

Sampai akhirnya pada tahun 1996, saya mengalami perjumpaan personal dengan Tuhan. Saya memutuskan untuk bukan hanya beragama tetapi beriman Kristen. Dalam momen yang sama, saya menyerahkan hidup menjadi rohaniwan secara penuh waktu.

Sejak saat itu, saya semakin tekun belajar teologi. Saya mengikuti berbagai kelas pembinaan kaum awam. Selepas SMU, saya langsung masuk ke seminari dan belajar teologi.

Semakin belajar saya semakin mengetahui banyak hal. Namun semua hal itu hanya bagaikan kumpulan data tanpa dasar. Saya menerima semuanya sebagai kebenaran karena memang itulah yang saya terima sejak kecil. Saya tidak pernah meragukan karena memang saya tidak pernah mengalami tantangan.

Saya baru menyadari semua hal ini ketika studi S-2, ketika saya dihadapkan kepada berbagai macam pandangan, baik dalam spektrum kekristenan maupun dengan berbagai macam keyakinan yang lain.

Saya mulai mempertanyakan “Mengapa saya harus menerima pandangan saya? Apa yang menjadi dasar keyakinan saya?” Saya juga mulai menyadari mengapa saya kurang berani memberitakan Injil. Bukan karena saya tidak tahu caranya, tetapi saya sendiri tidak memiliki fondasi iman yang teguh.

Momen itu menjadi sebuah momen awal yang mendorong saya untuk belajar mencari tahu manakah yang benar, apa kriteria kebenaran, bagaimana saya bisa mengetahui bahwa itu adalah kebenaran. Pembelajaran apologetika menolong saya memiliki iman yang berdasar, sekaligus mendorong untuk melakukan tugas pemberitaan Injil.

Saya menyadari ada begitu banyak orang Kristen yang hidup seperti saya, yang hanya hidup dalam lingkup kekristenan yang sempit. Hal inilah yang kemudian Tuhan pakai untuk menyadarkan saya betapa pentingnya melayani sesama orang percaya untuk menolong mereka berakar dalam iman, bertumbuh dalam karakter Kristiani dan menghasilkan buah melalui pemberitaan Injil.

Soli Deo Gloria.

, , , , , ,
Lost your password? Please enter your username or email address. You will receive a link to create a new password via email.
Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor slot gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor